Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Melihat sejarah Pangeran Papak Dan Para Pasukannya

Jakarta - Pangeran Papak sejatinya adalah nama seorang kakek moyang yang hidup pada age abad ke-19 dan dikenal sebagai seorang pejuang yang tak pernah mau menyerah kepada penjajah Belanda. Sejak dua hari lalu, saya melakukan penelusuran sejarah Perang Kemerdekaan Indonesia di Garut. Salah satu yang menjadi fokus penelusuran ini adalah keberadaan Pasukan Pangeran Papak, sebuah body organ gerilyawan lokal yang aktif melakukan perlawanan terhadap Belanda selama 1945-1949. Langkah Dadang Koswara terhenti di sebuah tanah yang agak tinggi. Di hadapannya tampak 12 pusara yang sudah lekang oleh zaman. Nisan-nisannya yang berwarna putih sudah agak berlumut. Sementara sisi kanan dan kiri, depan-belakang, ratusan ilalang berdiri tegak lengkap dengan bulu-bulunya yang berwarna putih kecoklat-coklatan. Bisa jadi tak banyak orang yang mengerti asal-usul pusara-pusara itu berada di Kompleks Pemakaman Umum Cinunukan (masuk dalam wilayah Kecamatan Wanaraja, Garut). Dadang sendiri meng...

Mengenal Kisah Mbah Nitisemito, Seorang raja Kretek Yang Disegani Belanda

Jakarta - Pada era penjajahan Belanda, di Pulau Jawa hiduplah seorang raja kretek bernama Nitisemito. Waktu itu, dia adalah seorang pria kaya raya yang terkenal hingga ke negeri Belanda. Kekayaan itu diperoleh dari bisnis rokok kretek yang dikelolanya di mana dia mempekerjakan 10.000 buruh dan memproduksi delapan juta batang rokok per hari. Hal inilah yang membuat Ratu Wilhelmina dari Belanda kagum dan menjulukinya "De Kretek Konning"atau raja kretek. Dari kekayaannya ini, Nitisemito mampu menyewa pesawat Fokker F-200 untuk menyebarkan selebaran rokok ke Jawa Barat hingga Jakarta serta mempromosikan produknya lewat radio Vereniging Koedoes dan gedung-gedung bioskop. Bahkan pada sidang BPUPKI tahun 1945, Ir. Soekarno menyebut Nitisemito itu sebagai salah satu penyumbang donatur dalam perjuangan Indonesia meraih kemerdekaan. Lalu bagaimana perjalanan hidup sang raja kretek itu, khususnya dalam membangun bisnis rokok kretek terbesar di eranya? Berikut selengkap...

Sebuah Situs Kuno di Temukan Dibawah Air Mancur Trevi, Berikut Selengkapnya

Jakarta - Air Mancur Trevi atau Trevi Water fountain di Roma tidak hanya dikenal dengan tradisi uniknya, yaitu melempar koin agar enteng jodoh. Lebih dari itu, ternyata ada sebuah situs arkeologi di bawahnya yang bisa dikunjungi wisatawan. Dilansir Travel and also Recreation, situs arkeologi ini baru-baru ini terungkap setelah seorang pemandu wisata lokal bernama Federica, membagikan sebuah video yang memperlihatkan reruntuhan sebuah kota yang diduga telah ada sejak ribuan silam tersebut. Lewat akun Instagram miliknya @livevirtualguide, Federica menjelaskan bahwa situs tersebut adalah Vicus Caprarius, sebuah kompleks reruntuhan bangunan kuno yang dikenal sebagai Kota Air. Situs arkeologi ini berasal dari abad pertama, tetapi baru ditemukan pada akhir 1990-an. Selain menemukan bangunan reruntuhan kuno dengan beragam bentuk, wisatawan juga bisa menemukan keindahan kolam yang masih terisi air. Adapun, air di kolam tersebut berasal dari Aqua Virgo, salah satu dari 11 salur...

Mengenal Sejarah Tari Topeng, Alat untuk dakwah Sampai Menjadi Seni Hiburan

Jakarta - Kesenian selalu melekat dalam kebudayaan yang selalu dilestarikan menjadi jati diri suatu daerah. Umur bukanlah menjadi penghalang lika-liku eksistensi kesenian. Begitulah adanya kesenian Tari Topeng Cirebon di Jawa Barat, yang telah ada sejak 10 abad lamanya. Memang, tak yang tahu sang empu pencipta Tari Topeng Cirebon. Bahkan kesenian ini diduga sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Negarakertagama dan Pararaton, Hayam Wuruk menari di Istana Majapahit. Cirebon dan Mapahit letaknya berjauhan, namun Cirebonlah yang kini menjadi lahirnya kembali kesenian tari topeng CIrebon. Runtuhnya Majapahit tidak serta-merta hilang begitu saja. Berkembangnya agama Islam di Cirebon ternyata menjadi penyelamat eksistensi kesenian Tari Topeng Cirebon. Bahkan abad selanjutnya, para Kolonial Belanda menjadikan Tari Topeng Cirebon sebagai hiburan. Sejumlah 6.000 gulden mereka keluarkan demi mensubsidi kesenian ini. Ialah Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, Sultan ...