Mengetahui Kisah Sejarah Patani di Wilayah Thailand Yang Dihuni Oleh Umat Muslim

Jakarta - Patani adalah suatu kawasan di bagian selatan Siam (sekarang Thailand) dan bersempadan dengan wilayah Kelantan, Malaysia. Pada sejarah masa dahulu ada sebuah kerajaan Melayu yang memiliki pelabuhan serta ramai perdagangannya.

Sebagai sebuah kerajaan, wilayah Patani mempunyai suatu sumber sejarah yang dinamakan Hikayat Patani. A. Teeuw seorang ahli sastra Melayu banyak mengkaji hikayat ini. Menurutnya, fading sedikit ada tiga naskah Hikayat Patani.

Naskah pertama, sebut saja naskah versi A disalin oleh seorang Munsyi Abdullah di Singapura pada tahun 1839 Masehi untuk tuan North dan sekarang tersimpan di sebuah perpustakaan di kota Washington D.C.

Kemudian naskah kedua yaitu naskah versi B didapat oleh W.W. Skeat pada tahun 1899 saat dirinya tinggal di Patani. Kini, naskah tersebut tersimpan di Universitas Oxford.

Sementara itu naskah yang ketiga berasal dari seorang pegawai Thai yang tinggal di Songkhla. Naskah ini dipercaya dari istana Islam yang telah disalin ke dalam bahasa Thai untuk Raja Rama yang mengunjungi Patani pada tahun 1928.

Hikayat Patani sebetulnya telah dikenal dan menjadi perhatian para ahli dari Eropa sejak tahun 1838 M. Newbold pada tahun 1839 M menggunakan sebuah hikayat Patani untuk menulis buku tentang negeri-negeri Melayu yang berjudul Political and Statistical Account of British Settlements in the Straits of Malacca.

Meski demikian, belum diketahui naskah versi mana yang ia pakai. Bisa jadi ia menggunakan naskah yang disalin oleh Munsyi Abdullah. Ibrahim Syukri dalam bukunya yang berjudul Sejarah Kerajaan Melayu Patani yang diterbitkan tahun 1962 malah menggunakan beberapa naskah Melayu yang menceritakan sejarah Patani.

Menurut A. Teeuw, Hikayat patani memiliki panjang 94 halaman dan dibagi menjadi enam bagian. Isinya yang bagian pertama dari halaman 1 sampai 74 dapat dianggap sebagai bagian asli dari Hikayat Patani.

Hal ini dikarenakan pertama, hubungan antara bagian I dan bagian II tidak jelas. Kedua, bagian I memiliki gaya bahasa yang berlainan sekali dengan bagian II. Bagian I ditulis dalam tradisi penulisan historiografi Melayu yang mengagung-agungkan kebesaran kerajaan serta kelebihan raja-raja Patani.

Bagian II banyak mengandungi fakta dan nama yang kadangkala membingungkan. Terlepas dari kandungan isinya, hikayat ini telah berhasil mendukung eksistensi sejarah dan kebudayaan masyarakat Melayu yang tumbuh berkembang di selatan Thailand melalui sastra sejarahnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Sekian Lamanya Istri Presiden Korut Kim Jong-un Kembali Terlihat di Publik Setelah 5 Bulan Menghilang

Mengetahui 5 Kisah Sejarah Cinta Pada Kaum Bangsawan Dari Berbagai Kerajaan

Mengenal Suku Arfak Dan Melihat Rumah " Kaki Seribu" Dipegunungan Arfak Papua Barat