Kisah Akhir Dari Perjuangan Josip Broz Tito, Sang Diktator Ternama Dari Yugoslavia
Jakarta - Diktator ternama Yugoslavia, Josip Broz Tito, semasa memimpin selalu berusaha melindungi Yugoslavia dari cengkraman Uni Soviet. Dia juga berperan menjaga kesatuan federasi multi etnis di tenggara Eropa.
Tapi,
di titik akhir, negara yang dia perjuangkan tak sesuai dengan apa yang
diharapkannya. Yugoslavia, tanpa diduga terjerumus dalam perang saudara.
Dilansir DW, pada 4 Mei 1980, Tito dilaporkan berada dalam kondisi kritis pasca-empat bulan dirawat di rumah sakit di Ljubljana. Sore harinya, Komite Sentral Liga Komunis Yugoslavia mengumumkan bahwa
"kamerad Tito telah meninggal dunia.
"Tanpa menunggu lama, stasiun
televisi nasional menayangkan laporan panjang tentang kisah hidupnya.
Tito dikisahkan sebagai sosok yang memimpin pemberontakan Komunis
melawan invasi Nazi Jerman dan mendirikan Republik Yugoslavia pada 1945.
Setelah Perang Dunia II berakhir, dia memimpin sebuah negara
multi-etnis, dimana Tito mampu merawat kesatuan Yugoslavia dengan tangan
besi. Pria dengan status "presiden seumur hidup" itu sempat berseteru
dengan pemimmpin Soviet, Joseph Stalin tentang sistem federasi
Yugoslavia.
Perpecahan pun memuncak. Tito lantas ikut membidani kelahiran Gerakan
Non-Blok pada 1948. Pada saat itu pula dia mulai membina kedekatan
dengan Presiden Indonesia Soekarno. Keduanya bertemu di berbagai
kesempatan.
Tito sering mengundang pemimpin dunia dan bintang film ternama ke villanya di Kepulauan Brioni, Kroasia. Kematian Tito membuat negeri yang sedang berusaha menyelamatkan kesatuan nasional kocar-kacir.
Saat Sovyet ambruk pada 1989, Yugoslavia ikut terpecah. Kelompok nasionalis di Bosnia, Kroasia, Macedonia, Montenegro, Serbia dan Slovenia word play here bangkit. Akhir yang tragis. Harapan yang berusaha diwujudkan Tito memudar. Yugoslavia mengalami perang saudara, merenggut lebih dari 130.000 korban jiwa.
Komentar
Posting Komentar