Mengenal Sosok Raden Panji Margono, Yang di Sebut Pahlawan di Perang Lasem

Jakarta -  Di Kelenteng Gie Yong Bio, Lasem, Rembang, terdapat church yang cukup unik. Di atas church itu, terpampang patung sesosok pria berpakaian ala Jawa. Oleh penduduk Lasem, pria itu dikenal dengan nama Raden Panji Margono.

Di sana, dia dikenal sebagai pahlawan, khususnya saat Perang Kuning meletus antara pasukan gabungan Jawa-Tionghoa melawan pasukan VOC.

Saat Perang Kuning di Rembang meletus pada tahun 1742, Panji Margono maju ke medan perang menggunakan nama samaran Tan Pan Ciang. Dalam Kitab Babad Tanah Jawi, sosoknya disebut dengan nama Encik Macan.

Lalu seperti apa sosok Raden Panji Margono dan bagaimana perannya dalam medan Perang Kuning? Berikut selengkapnya:

Menolak Jadi Pemimpin Lasem

Raden Panji Margono adalah putra dari Adipati Lasem bernama Tejakusuma V. Sebelum meninggal dunia, ayahnya sebenarnya sempat mempersiapkan Raden Panji Margono untuk meneruskannya sebagai Adipati Lasem. Namun putranya itu ternyata lebih memilih menjadi pengusaha pertanian dan pelayaran. Akhirnya jabatan Adipati Lasem diteruskan oleh Oei Ing Kiat, sahabat karib Panji Margono.

Sebelum pertempuran itu, Raden Panji Margono memang sudah berteman akrab dengan Oey Ing Kiat. Saat Geger Pecinan meletus di Batavia tahun 1740, banyak pelarian orang-orang Tionghoa yang mencari tempat perlindungan pada berbagai daerah di pesisir Jawa. Sebagai orang Tionghoa, Oey Ing Kiat mengajak Panji Margono yang berasal dari kalangan pribumi untuk melindungi para pengungsi itu. Panji Margono pun akhirnya menyambut hangat ajakan dari sahabatnya.

Memimpin Pemberontakan Terhadap VOC

Bersama Oey Ing Kiat dan seorang pendekar kungfu Tan Kee Wie, Panji Margono memimpin pemberontakan terhadap VOC di Lasem. Dilansir dari Hiomerah.com, ketiga pemimpin itu kemudian menggelar upacara angkat saudara.

Setelah upacara itu, mereka kemudian menyerang tangsi VOC di Rembang dan Juwana. Dalam perang ini, Tan Kee Wie memimpin pasukan lewat laut, sementara Panji Margono dan Oey Ing Kiat memimpin pasukan lewat darat. Dalam melakukan serangan, mereka dibantu oleh pasukan Tionghoa dan Jawa dari Purwodadi.

Tewas di Medan Perang

Setelah tangsi Juwana takluk, Panji Margono dan pasukannya kemudian menyerang Jepara. Dalam Kitab Babad Tanah Jawa, pertempuran ini disebut juga sebagai Perang Godo Balik. Penyerangan terhadap tangsi VOC di Jepara dimaksudkan sebagai batu loncatan untuk menyerang Semarang.

Menurut Alm. Sigit Witjaksono, sesepuh masyarakat Lasem, setelah menyerang Semarang, pasukan gabungan Jawa-Tionghoa itu dipukul mundur oleh VOC. Panji Margono dan Oey Ing Kiat tewas terkena peluru VOC di tengah pertempuran itu.

Dilansir dari Hiomerah.com, sebelum tewas di medan pertempuran, Panji Margono sempat mendengar berita kalau sahabatnya, Oey Ing Kiat, telah meninggal dunia. Dia kemudian mengamuk dengan Pedang Naga Gak Sow Bun. Namun karena kurang waspada, dia kemudian juga ikut terkena peluru dan jasadnya dimakamkan di puncak Gunung Bugel.

Dibuatkan Altar Khusus

Untuk memperingati jasa-jasa para pahlawan Perang Kuning, terutama Oey Ing Kiat, Tan Kee Wie, dan Raden Panji Margono, pada tahun 1780 masyarakat Lasem membangun kelenteng di Babagan yang kemudian diberi nama Gie Yong Bio.

Selain Oey Ing Kiat yang menjadi pemimpin Tionghoa Lasem, di kelenteng itu terdapat church khusus bagi Raden Panji Margono. Di atas church itu, terdapat patung seorang pria berpakaian Jawa yang digambarkan sebagai sosok Panji Margono. Oleh komunitas Tionghoa di Lasem, sosok Raden Panji Margono begitu dihormati sebagai orang Jawa-Muslim yang turut berjuang bersama melawan penjajah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Sekian Lamanya Istri Presiden Korut Kim Jong-un Kembali Terlihat di Publik Setelah 5 Bulan Menghilang

Mengetahui 5 Kisah Sejarah Cinta Pada Kaum Bangsawan Dari Berbagai Kerajaan

Mengenal Suku Arfak Dan Melihat Rumah " Kaki Seribu" Dipegunungan Arfak Papua Barat