Menteri Keuangan Memprediksi Kurs Rupiah Bisa Defisit ke Rp.15.000 Per Dolar AS di 2022
Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tahun 2022 akan mengalami penguatan meski terbatas. Ia memperkirakan di tahun depan nilai tukar tersebut berada di kisaran Rp 13.900 sampai Rp 15.000 per dolar AS.
"Untuk rupiah kami mengestimasi untuk proyeksi tahun depan di dalam rentang Rp 13.900 hingga Rp 15.000," kata Sri Mulyani saat rapat dengan Komisi XI, Rabu (2/6).
Meski begitu, Sri Mulyani mengatakan proyeksi tersebut bisa dipengaruhi seperti inflasi di AS, kebijakan moneter AS hingga resources flow. Sedangkan untuk kebijakan di dalam negeri, ia memastikan pemerintah bakal terus mendorong penguatan rupiah.
Sri Mulyani menganggap perekonomian Indonesia semakin membaik. Selain itu, defisitnya juga bisa dikendalikan. Menurutnya, kondisi tersebut bakal berdampak ke nilai tukar rupiah.
"Jadi memang ini semuanya sesuatu yang di satu sisi plan driven dan di sisi lain juga sesuatu yang sifatnya berasal dari faktor di luar pemerintah yaitu international setting kita," ujar Sri Mulyani.
Sementara itu di acara yang sama, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan saat ini nilai tukar rupiah masih belum maksimal atau underestimated. Ia mengatakan salah satu penyebabnya adalah ketidakpastian worldwide.
"Apakah nilai tukar kita masih undervalued? Secara basic iya karena inflasi kita rendah, defisit transaksi berjalan rendah," ungkap Perry.
Meski begitu, Perry menegaskan potensi penguatan juga masih ada. Apalagi kondisi perekonomian juga diperkirakan juga semakin membaik. Tahun depan BI memproyeksi nilai tukar rupiah menguat ke level Rp 14.100 sampai Rp 14.500.
"Tentu saja ada potensi nilai tukar rupiah menguat. Namun ada juga ketidakpastian dan risiko tekanan nilai tukar dari sisi worldwide," tutur Perry.
"Untuk rupiah kami mengestimasi untuk proyeksi tahun depan di dalam rentang Rp 13.900 hingga Rp 15.000," kata Sri Mulyani saat rapat dengan Komisi XI, Rabu (2/6).
Meski begitu, Sri Mulyani mengatakan proyeksi tersebut bisa dipengaruhi seperti inflasi di AS, kebijakan moneter AS hingga resources flow. Sedangkan untuk kebijakan di dalam negeri, ia memastikan pemerintah bakal terus mendorong penguatan rupiah.
Sri Mulyani menganggap perekonomian Indonesia semakin membaik. Selain itu, defisitnya juga bisa dikendalikan. Menurutnya, kondisi tersebut bakal berdampak ke nilai tukar rupiah.
"Jadi memang ini semuanya sesuatu yang di satu sisi plan driven dan di sisi lain juga sesuatu yang sifatnya berasal dari faktor di luar pemerintah yaitu international setting kita," ujar Sri Mulyani.
Sementara itu di acara yang sama, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan saat ini nilai tukar rupiah masih belum maksimal atau underestimated. Ia mengatakan salah satu penyebabnya adalah ketidakpastian worldwide.
"Apakah nilai tukar kita masih undervalued? Secara basic iya karena inflasi kita rendah, defisit transaksi berjalan rendah," ungkap Perry.
Meski begitu, Perry menegaskan potensi penguatan juga masih ada. Apalagi kondisi perekonomian juga diperkirakan juga semakin membaik. Tahun depan BI memproyeksi nilai tukar rupiah menguat ke level Rp 14.100 sampai Rp 14.500.
"Tentu saja ada potensi nilai tukar rupiah menguat. Namun ada juga ketidakpastian dan risiko tekanan nilai tukar dari sisi worldwide," tutur Perry.
Komentar
Posting Komentar